Bhinneka
Tunggal Ika sebagai Implementasi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara
adalah wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia, yaitu cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dalam mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap
menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional
untuk mencapai tujuan nasional.
Wawasan nusantara
merupakan wawasan nasional yang bersumber dari pancasila dan berdasarkan
UUD1945 yaitu cara pandang dan sikap mengenai diri dan lingkungan bangsa Indonesia
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara prinsip bangsa Indonesia adalah
Negara kesatuan berlandaskan pancasila, sedangkan keanekaragaman ras, suku,
agama, dan bahasa daerah adalah khasanah sebagai pemersatu bangsa (Bhineka
Tunggal Ika).
Seperti telah kita
ketahui Negara kita tercinta ini, “Indonesia” terdiri dari pulau-pulau yang
membentang dari Sabang hingga Marauke. Oleh karena itu, Indonesia memiliki
berbagai ragam budaya, bahasa dan keunikan lainnya yang tidak dapat ditemui
dinegara manapun. Maka semboyan “Bhineka Tunggal Ika” sangat cocok untuk negeri
kita Indonesia ini “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Pada bagian bawah Garuda Pancasila,
terdapat pita putih yang dicengkeram, yang bertuliskan “BHINNEKA TUNGGAL IKA”
yang ditulis dengan huruf latin. Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia.
Frasa ini berasal dari bahasa Jawa kuno. Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti
"beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam
bahasa Jawa Kuna berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata
"aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti
"satu". Kata ika berarti "itu".
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu
Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku
bangsa, agama dan kepercayaan.
Kalimat
ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu, kakawin
sutasoma karangan Mpu tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad
ke-14 Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat
hindu shiwa dengan umat Buddha Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5.
Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka
dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki
rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng
Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka
tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon
Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka
memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab
kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah
belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Semboyan Bhineka
Tunggal Ika ini dapat diImplementasikan sebagai wawasan nusantara dalam
kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang
mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan
sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia sang pencipta.
Adanya implementasi
tersebutakan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu
tanpa membeda-bedakan suku, asal-usul daerah, agama (keyakinan), serta golongan
berdasarkan status sosial.
Contoh
kebhinekaan Indonesia:
Indonesia terdiri dari
17.580 buah pulau dengan luas keseluruhan hamper 2 juta KM2,
tersebar disekitar khatulistiwa pada lintang 60 LU 110 LS
dan 950 BT sampai 1410 BT.
Di kepulauan Indonesia banyak
terdapat gunung berapi, sehingga membentuk lahan yang subur, udara yang sejuk
dan panorama yang indah, sehingga dijuluki Zamrud Khatulistiwa. Pulau-pulau di Indonesia
dihuni oleh sekitar 300 suku bangsa yang mempunyai bahasa, adat istiadat, rumah
adat, teknologi, agama dan kepercayaan yang berbeda. Mozaik budaya di hamparan
khatulistiwa ini merupakan potensi besar untuk dikembangkan.
Indonesia merupakan
bangsa yang penduduknya bersifat majemuk atau beragam ( bhineka). Kebhinekaan tersebut
dapat dilihat dari dua sudut, sebagai berikut :
1.
Secara Horizontal
A.
Perbedaan
Fisik atau Ras
Penduduk Indonesia terdiri dari
golongan papua melanesoid yang berdiam dipulau papua, kai dan aru,
mempunyai cirri fisik rambut keriting, bibir tebal dan kulit hitam. Golongan mongoloid berdiam disebagian besar pulau
Indonesia, khususnya dikepulauan sunda besar
dengan cirri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih
sampai sawo matang. Selain itu, terdapat golongan weddoid dengan jumlah yang relative sedikit, seperti orang kubu, sakai,
mentawai, enggano, dan tomuna dengan cirri fisik, perawakan kecil, kulit sawo
matang dan rambut berombak.
B. Perbedaan Suku Bangsa
Di
Indonesia hidup tidak kurang dari 300 suku bangsa dengan jumlah penduduk tiap
sukunya beragam dari mulai yang puluhan juta sampai ratusan. Suku yang banyak
jumlah penduduknya adalah Jawa, Sunda, Dayak, Batak, Minang, Melayu, Aceh, Bali,
Manado, Makassar. Sedangkan suku bangsa yang jumlah penduduknya sedikit,
seperti Nias, Kubu, Mentawai, Asmat, Dani, Tobati, dan lainnya. Masing-masing
suku bangsa mempunyai kebudayaan sendiri.
C. Perbedaan Agama
Pemerintah
Indonesia menjamin setiao warganya untuk menganut dan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Animism dan dinamisme adalah
kepercayaan yang paling tua dan berkembang sejak zaman prasejarah, sebelum
bangsa Indonesia mengenal tulisan. Agama hindu dan Buddha darang ke Indonesia dari
india sekitar abad ke-5 SM. Agama islam dating dari Arab Saudi melalui india
sekitar abad ke-7. Agama islam menjadi agama terbesar yang dianut oleh sebagian
besar penduduk Indonesia. Orang eropa dating ke Indonesia pada awal abad 20,
membawa agama nasrani.
D. Perbedaan Jenis Kelamin
Perbedaan ini
adalah sesuatu yang alami, tidak menunjukan adanya tingkatan. Anggapan superior
(laki-laki) dan inferior (perempuan), adalah tidak benar. Masing-masing
mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan melengkapi.
2.
Secara Vertikal
Perbedaan yang
menunjukan adanya tingkatan, dengan
adanya kualitas yang berbeda antara individu. Misalnya, secara kualitas
ada orang yang berpendidikan SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Karena adanya
perbedaan pendidikan dan keterampilan maka pendapatan akan berbeda. Ada yang
berpendapatan rendah, sedang, dan tinggi.
Keanekaragaman suku bangsa bersatu
dibawah satu kesatuan nusantara (nusa artinya pulau). Perbedaan (diversitas)
melebur menjadi satu kesatuan ( integritasi ), kebhinekaan merupakan alat
pemersatu ( ika ) bangsa dibawah naungan pancasila dengan lambing Garuda
melalui semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Keanekaragaman suku bangsa menjadi asset
nasional yang sangat berharga. Dalam Tap
MPR no. 1 tahun 1993, menyatakan bahwa “salah satu modal dasar pembangunan
adalah budaya bangsa yang dinamis yang telah berkembang sepanjang sejarah yang
dicirikan kebhinekaan dan keesaan bangsa”. Sedangkan dalam GBHN 1999 dinyatakan bahwa “Negara kesatuan
republic Indonesia dengan bertumpu kepada ke-Bhinneka-tunggal-ikaan, maka
keberadaan dan kelangsungan bangsa harus diperkuat”.
Dari
banyaknya perbedaan diatas, tentu harus membuat kita sebagai warga Negara Indonesia
dapat saling menghormati, menghargai, agar terciptanya kerukunan. Wawasan
nusantara dapat diimplementasikan kedalam segenap pranata sosial yang berlaku
dimasyarakat dalam nuansa kebhinekaan sehingga mendinamisasikan kehidupan
sosial yang akrab, peduli, toleran, hormat, dan taat hukum. Semua itu
menggambarkan sikap, paham, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang
tinggi sebagai identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Sampai saat ini empat
pilar NKRI adalah : Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Bhineka Tunggal
Ika.
Sumber :
S. Sumarsono,
Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 92-93